Dalam sejarahnya Nabi saw hanya sekali mengerjakan haji setelah hijrahnya ke Madinah, yang dikenal dengan nama Haji Wadâ Dalam kesempatan itu, beliau mengajarkan pentingnya mengikuti tata cara haji yang diajarkanya seperti yang disabdakannya: “Ambilah dariku tata cara haji kalian.” Meskipun saat ini situasi dan kondisi sudah jauh berbeda yang berdampak banyaknya perubahan dalam tata cara manasik itu sendiri, namun pelajaran berharga dari sang pendidik agung
Hari Tarwiyah
Pada hari tarwiyah (8 dzulhijjah) setelah berniat (ihram) untuk haji di Mekah, Nabi saw bertolak menuju Mina dengan terus mengumandangkan talbiyah. Semua kesunahan ihram untuk haji ini, sama halnya ketika ihram untuk umrah di miqat. Selama di Mina salat lima waktu di-qashar tanpa jamak kecuali maghrib dan subuh yang tetap bilangan rakaatnya. Beliau banyak membaca dzikir, doa dan talbiyah selama di mina.
Wukuf di Arafah
Pagi harinya (9 Dzulhijah) Nabi saw bergerak menuju Arafah sedangkan sebagian rombongan ada yang membaca talbiyah dan sebagian lainnya membaca takbir. Sesampainya di Namirah beliau berhenti sejenak di tenda yang disediakan untuknya sambil menunggu datangnya waktu wukuf. Setelah masuk waktu dzuhur, Nabi Saw mulai berkhutbah dengan dua kali khutbah. Dalam khutbahnya sambil duduk di tunganganya, Nabi mengajarkan tata cara manasik haji, mengingatkan akan buruknya riba, menjaga harkat martabat manusia, menghindari tabiat anakis jahiliyah dan nasihat berharga lainnya.
Diingatkan pula pentingnya memegang teguh Al-Qur’an dan Sunah, karena dengan dua pusaka tersebut manusia tidak akan tersesat. Kemudian menjamak salat dzuhur dan ashar (jamak taqdim) dengan sekali adzan dan dua iqamat. Diteruskan menuju Arafah untuk memulai wukuf hingga terbenam matahari. Dalam wukufnya, Nabi berdzikir, bertalbiyah dan berdoa menghadap kiblat sambil mengangkat tangan. Selesai wukuf perjalanan dilanjutkan menuju musdalifah dengan tenang dan khusuk sambil terus membaca talbiyah.
Mabit di Musdalifah
Setibanya di musdalifah, beliau menjamak salat magrib dan isya (jamak ta’khir qashar) dengan satu kali adzan dan dua iqamat. Kemudian mengumpulkan batu kerikil sebesar ruas jari kelingking yang diteruskan dengan mabit.
Bagi nafar awal mengumpulkan 49 batu , sedangkan nafar tsani mengumpulkan 70 batu saja. Seluruh wilayah Musdalifah merupakan tempat mabit dan tidak ada tempat khusus untuk mabit. Malam harinya, Nabi saw memerintahkan agar orang lemah, wanita, yang sakit, orang tua dan yang diberi keringanan lainnya untuk terlebih dahulu pergi ke mina setelah melewati tengah malam sebagai realisasi rukhshah (keringanan) bagi mereka, selain untuk mewaspadai terjadinya insiden buruk yang tidak diinginkan. Yang diberi keringanan boleh langsung melempar jumrah aqabah seperti yang dilakukan Ummu Salamah dan Asma binti Abu Bakar . Sebelum salat subuh dilaksanakan, beliau mengerjakan salat sunat qabliyah terlebih dahulu. Kemudian wukuf di May’aril Haram disertai takbir, tahlil, dzikir dan berdoa sambil mengangkat kedua tangan kearah kiblat.
Melontar Jumrah Aqabah
Pagi harinya, rombongan bergerak menuju mina sambil bertalbiyah sampai saatnya melempar jumrah aqabah tujuh lemparan disertai takbir di setiap lemparannya. Diteruskan dengan menyembelih tiga ekor kurban (hadyu) yang diakhiri dengan tahallul yang diminyaki oleh ‘Aisyah sesudahnya.
- Home
- Pendidikan
- Teknologi
- Kliping
- Blogging
- Umumi
- Amal Harian
- Kami
- Pencarian
0 comments:
Post a Comment